heterotrigona_itama

18 November 2015

Budidaya Lebah Madu Trigona sp

tawon_klanceng

Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee). Trigona sp baru dikenal dan mulai dibudidayakan oleh masyarakat karena kemudahan budidaya dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hanya diperlukan stup dan ketersediaan sumber pakan untuk dapat membudidayakan lebah ini. Yang unik dari lebah tak bersengat ini adalah dalam hal perlindungan terhadap sarangnya, Trigona mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk mempertahankan kestabilan suhu di dalam sarang. Dari pengamatan Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPTHHBK), di Mataram, NTB, pembudidaya Trigona ditemukan di dataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi (pegunungan) dan berhasil dengan baik di semua lokasi.

Teknik budidaya lebah madu Trigona sangat mudah. Peralatan yang harus disiapkan dalam membudidayakan Trigona adalah sarang buatan (stup), tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat hasil perasan madu. Pembuatan stup dibutuhkan papan kayu dengan ketebalan kayu ± 2 cm dan paku. Pembuatan stup lebah madu Trigona sp menggunakan kayu dengan ketebalan ± 2 cm karena untuk menjaga kelembaban dan stabilitas sarang. Jika kayu yang digunakan ketebalannya kurang dari 2 cm, kebanyakan koloni Trigona akan pergi meninggalkan sarangnya. Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari, agar kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil. Setelah 3 hari, stup siap digunakan.

Stup diletakkan dengan 2 cara yaitu digantung atau diletakkan di rak penyimpanan. Digantung di lokasi yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena hujan. Beberapa pembudidaya meletakkan stup dengan digantung di pohon besar dengan alasan menciptakan suasana sarang yang sama dengan sarang aslinya. Tempat lain untuk menggantung stup yaitu disekitar pinggiran rumah dan pohon-pohon yang tumbuh di halaman rumah. Untuk rak penyimpanan stup bisa diletakkan di kebun dan halaman rumah. Di alam, Trigona bersarang di pohon lapuk dan di ruas pohon bambu. Pohon bambu diambil 2 ruas yang menjadi tempat bersarang Trigona, koloni menggunakan sarang di ruas bambu bagian atas untuk meletakkan telur dan berkumpulnya koloni, sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai penyimpan madu dan bee pollen.
koloni lebah

Bambu yang berisi koloni Trigona ditebang dan diusahakan menebang dan membawa koloni pada sore hari agar semua anggota koloni pulang ke sarang dan tidak ada anggota koloni yang tertinggal. Tahap selanjutnya adalah pemindahan koloni dari sarang alami ke dalam stup. Pemindahan dilakukan pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau dini hari ketika koloni belum mencari pakan keluar sarang.

Perkembangan Trigona sp dalam memproduksi madu cukup beragam, 2 bulan sampai 6 bulan adalah rentang waktu bagi Trigona sp untuk memproduksi madu. Selama rentang waktu tersebut, stup didiamkan tanpa membuka tutupnya, hal ini bertujuan agar Trigona merasa aman dan fokus dalam memproduksi madu. Hanya dilakukan pemeliharan seperti pembersihan dari sarang laba-laba, pembersihan dari sarang semut, dan pemeriksaan kondisi stup jika terkena air hujan. Pemanenan madu maupun propolis dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau kikis. Madu maupun propolis dikikis menggunakan pisau secara hati-hati, tanpa mengganggu telur dan ratu lebah madu Trigona. Hasil tirisan madu langsung dimasukkan ke dalam botol dan ketika sudah penuh botol langsung ditutup.
sarang_trigona photo sarang_trigona

Beberapa kendala dalam pembudidayaan lebah Trigona adalah kurangnya pengetahuan tentang budidaya Trigona, sehingga tidak tahu waktu memanen madu dan propolis yang tepat. Hal ini menyebabkan stup penuh dan Trigona kabur. Kendala kedua adalah meletakkan stup di lokasi terkena langsung dengan sinar matahari, sehingga suhu didalam stup terlalu tinggi, bisa menyebabkan Trigona pergi dari sarangnya. Kendala ketiga adalah adanya polusi dari pestisida dari lingkungan sekitar pembudidaya yang dapat menurunkan produksi madu sampai 0%. Kendala terakhir adalah kondisi stup yang terlalu besar maupun terlalu kecil karena belum menemukan ukuran stup standar bagi trigona.

Sumber : BPTHHBK Mataram-NTB





 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...