heterotrigona_itama

15 Februari 2016

Berburu Lebah Trigona di Alam

kelulut

Sebagaimana kita ketahui bahwa penyebaran lebah Trigona berada di sekitar kita, mulai di sekitar pemukiman, di pohon-pohon tua di sekitar rumah, sampai di habitat aslinya yakni di hutan belantara. Sebelum menjelaskan bagaimana cara mencari lebah trigona di alam terlebih dahulu kita perlu mengetahui apa dan bagaimana lebah trigona mempertahankan diri, bagi yang sudah tahu cukup ikut menyimak saja.

Lebah trigona adalah lebah berukuran kecil yang tak memiliki sengat, namun demikian bukan berarti mereka lemah dalam hal pertahanan diri, selain mengandalkan propolis sebagai pertahanan mereka juga memiliki gigitan yang lumayan kuat, memiliki trik dalam menentukan sasaran penyerangan, bila menyerang manusia biasanya mereka memilih bagian tubuh kita yang lumayan vital dan memiliki daerah kejut seperti lubang hidung, lubang telinga, leher, mata dan sela-sela rambut. Walau pun gigitannya tidak membahayakan namun terasa cukup mengejutkan dan mengganggu bila terus di biarkan. Setiap lebah memiliki kebiasaan menyerang orang yang baru mereka kenal.

Cara terbaik menghindari serangan lebah trigona adalah memahami karakter lebah itu sendiri, contohnya lebah trigona sangat senang dengan orang yang berkeringat apalagi yang belum mandi, bau tubuh orang yang belum mandi akan menarik perhatian para lebah. Mengapa demikian? Dalam dunia ilmiah lebah trigona dikenal juga sebagai lebah keringat (sweat bee), mereka cenderung menyukai keringat karena dalam setiap keringat mengandung mineral penting yang di butuhkan oleh setiap lebah. Nah, orang yang belum mandi cenderung lebih berkeringat karena suhu tubuhnya lebih tinggi dibanding orang yang sudah mandi, jadi jangan coba-coba mendekati sarang lebah trigona bila Anda belum mandi.

Bila Anda sudah tahu cara menghindari serangan lebah maka tinggal belajar mengenali tempat-tempat dimana saja lebah trigona bersarang di alam. Di daerah tertentu lebah trigona terutama jenis T. laeviceps, T. iridipennis, T. incisa, dan T. hockingsii, dengan mudah ditemukan di kawasan pemukiman warga, mereka biasa bersarang di bagian konstruksi rumah, dangau di kebun, kandang ternak dan ditempat lain yang dibuat manusia.

Bangunan yang ditinggali lebah trigona biasanya di bangunan yang masih tradisional seperti rumah panggung atau rumah setengah badan. Di bangunan seperti ini mereka memilih bersarang di bagian-bagian yang sulit di jangkau dan sering diabaikan manusia, contohnya di bagian atap rumah, penahan palupuh (lantai bamboo), daun pintu dan tempat lainnya.

Sedangkan lebah trigona yang bertubuh lebih besar biasanya lebih memilih bersarang di lokasi yang sulit dijangkau manusia, seperti di puncak gunung, tebing, lembah, aliran sungai besar dan hutan belantara. Di alam bebas lebah trigona bersarang di pepohonan yang berlubang, di batuan berongga, di batu karang dan di tanah bertebing, hampir semua jenis lebah trigona mampu bersarang di seluruh media yang disebutkan tadi, walau ada jenis tertentu yang sangat spesifik dalam memilih media sarang seperti T. thoracica yang mayoritas memilih tanah sebagai media sarang koloninya. Jenis lain yang memilih media tertentu sebagai sarangnya adalah T. Itama, jenis ini cenderung memilih media kayu untuk sarangnya seperti di lubang pohon-pohon besar dan atau tunggul dari kayu keras bekas ditebang.

Untuk menemukan sarang lebah trigona di alam memerlukan kejelian dalam mengenali ciri-ciri sarang, setiap sarang lebah trigona memiliki jalur pintu masuk (entrance) yang khas dan gampang dikenali karena menggunakan beragam material propolis dalam membangunnya. Ada beberapa bentuk pintu masuk ke sarang lebah trigona, ada yang berbentuk seperti corong, seperti pipa dan ada yang hanya mengoles-oleskan resin dan getah disekitar pintu masuknya, yang pasti setiap pintu masuk lebah trigona ditandai oleh getah dan resin serta material lain yang diatur dan hanya dikenali oleh masing-masing koloni.

Di hutan yang belum di kenal, tentu sulit menemukan sarang trigona. Masyarakat desa Radda, kecamatan Baebunta, kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, mempunyai kiat yang ampuh untuk menemukan sarang trigona. Caranya ia membakar ikan asin di hutan. Aroma ikan asin mengundang lebah-lebah mini itu berdatangan. Mereka akan berkerumun di sekitar asap ikan asin. Ketika asap ikan habis, mereka terbang beriringan menuju sarang. Kita tinggal mengikuti arah terbangnya trigona sehingga mengetahui lokasi sarang di lubang pohon.

Namun, perlu di ingat melakukan perburuan lebah trigona di alam bebas dapat berisiko mengurangi populasi lebah trigona di alam, hal ini kurang bijak dilakukan kecuali untuk tujuan pelestarian melalui pembudidayaan, itu pun harus ditunjang dengan pengetahuan yang cukup tentang lebah tak bersengat sebelum Anda berpikir membudidayakannya. Kalau tidak, alih-alih pelestarian malah memusnahkan spesies lebah trigona di alam yang merupakan kekayaan keanekaragaman hayati kita.



 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...