heterotrigona_itama

28 Mei 2016

Efek Ganda Budidaya Lebah Trigona

 photo stup klanceng

Tidak kita sadari bahwasanya membudidayakan lebah trigona memiliki efek ganda, yakni pelestarian flora (lebah trigona) yang terancam punah dan sekaligus sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat.

Seperti yang dialami Sukandar, dari Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Dia beternak lebah tak bersengat ini sejak tahun 2006, bila beragam kendala dapat diatasi, Sukandar mencecap manisnya membudidayakan lebah trigona jenis T. incisa yang kini mulai marak di berbagai daerah. Indikasinya permintaan bendala (stup koloni trigona) terus bertambah. Dua tahun terakhir, Sukandar melayani permintaan trigona dari berbagai wilayah seperti Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, Ambon (Maluku), Jayapura (Papua), bahkan Timorleste. Pada Desember 2009, Sukandar mengelola 400 bendala. Saking banyaknya permintaan, ia menjual hingga 350 stup senilai Rp105-juta. Harga sebuah stup dengan koloni baru Rp300.000. Namun, jika koloni telah berkembang dan menjelang panen, harga meningkat menjadi Rp500.000 per stup.

Gregori Garnadi Hambali, ahli Biologi di Bogor, Jawa Barat, mengatakan, gairah masyarakat membudidayakan trigona sekaligus merupakan langkah penyelamatan spesies yang terancam punah itu. Menurut Greg, hutan – habitat trigona – yang terbakar menjadi ancaman bagi penyelamatan lebah itu. Laju deforestasi hutan di Indonesia mencapai 2,78-juta ha per tahun. Selain itu beternak trigona berarti juga menjaga lingkungan hidup tetap berkualitas. Sebab, tanpa dukungan lingkungan yang baik, tak mungkin beternak trigona atau lebah lain.

Prof Dr Siti Salmah, guru besar Jurusan Biologi Universitas Andalas, mengatakan kunci sukses beternak trigona antara lain vegetasi atau kehidupan tumbuhan yang terjaga. Menurut Siti Salmah masyarakat perkotaan pun berpeluang membudidayakan lebah trigona. Doktor Zoologi alumnus Hokaido University itu membuktikannya sendiri dengan beternak Trigona minangkabau dan T. itama di Lubukminturun, Kotamadya Padang, Sumatera Barat. Salmah telah membudidayakan lebah trigona selama 6 tahun.

Baik Mappatoba di Makassar dan Greg Hambali di Bogor juga pernah melakukan hal serupa. Greg sudah mengelola 5 spesies seperti Trigona laeviseps, T. itama, dan T. apicalis yang bertahan hingga sekarang. Jadi tidaklah berlebihan jika para peternak lebah trigona layak dijuluki sebagai pengusaha dan pelestari lingkungan.



 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...